Bab 1295
“Anda sungguh pergi bertemu dengannya?” Naomi bertanya dengan suara rendah, “Perlu panggil beberapa orang kemari? Jika ia bermain trik atau…
“Jika ia orang seperti itu, maka lebih mudah dihadapi.” Tracy menyunggingkan senyuman.
“Kalau begitu…”
“Coba lihat bubur sudah matang belum.” Tracy mengalihkan topik, “Kupas lagi beberapa kentang. Tabib Hansen suka kentang asam pedas masakanku.”
“Baik.” Naomi lekas menuju dapur.
Tracy menyalakan api arang dan lanjut minum teh. Amanda kembali dari membeli sayur. Ia juga membeli sekantong pir, katanya Tabib Hansen ingin minum sup pir.
Tracy meminta Amanda memberikan pir kepadanya, lalu memasak sup pir dengan api arang.
Tabib Hansen sangat mengantuk, ia tidur hingga pukul enam sore baru bangun. Matahari sudah terbenam, Dixon sedang membuat api besar di halaman, merebus sup pir dan memanggang ubi jalar.
Naomi mengangkat bubur tulang iga yang telah dimasak, Tracy menumis beberapa sayur. Sekeluarga mengelilingi halaman dan makan dengan bahagia.
Baru saja mengambil sumpit, Thomas dan pengawalnya tiba. Tracy memanggil mereka untuk makan, tapi mereka bilang sudah makan. Lalu memberikan kunci mobil kepada Naomi, “Tuan Daniel menyuruhku memberikan kalian satu mobil, apa masih perlu hal lain?”
“Tidak ada lagi, terima kasih.”
Naomi menuangkan teh untuk mereka.
Thomas berterima kasih, lalu berdiri di samping dengan pengawalnya.
“Tracy, setelah makan pulanglah. Di rumahmu masih ada beberapa anak yang menunggumu.” Tabib Hansen bersandar pada kursi dan berpesan, “Besok ingat bawa anak–anak menemuiku.”
“Aku saja belum makan, Anda sudah mengusirku pergi.” Tracy sengaja bersikap sombong, “Padahal masakan ini adalah masakanku, ‘kan? Anda sungguh tak punya hati nurani.”
“Hahaha….” Tabib Hansen tertawa terbahak–bahak, “Bukankah karena aku takut kamu pulang kemalaman, anak–anak akan mencarimu, ‘kan?”
“Iya, aku tahu.”
Empat orang pengawal menjaga di pintu, di dalam restoran ada satu pengawal yang berada di setiap tiga langkah. Benar–benar megah.
Frisca duduk di samping jendela, ia sedang menelepon berbicara menggunakan Bahasa Korea. Pengawal melapor kepadanya bahwa Tracy telah tiba. Ia lekas menutup telepon dan berdiri menyambutnya, “Nona Tracy, kita bertemu lagi!”
Penuh hormat dan rendah hati.
“Kita sungguh berjodoh!” Tracy memandangnya sambil tersenyum.
“Iya.” Frisca menganggukkan kepala, “Silakan!”
Kedua orang itu duduk, Frisca menyadari Tracy hanya membawa satu orang pengawal. Ia lekas meminta pengawal lain mundur, menyisakan dua pengawal berdiri di belakangnya.
Setelah itu Frsica juga meminta maaf kepada Tracy, “Maaf, ayahku yang mengaturnya.”
“Tidak apa, aku paham.” Tracy menggunakan tisu basah mengelap tangannya, “Kapan Nona Frisca tiba di Kota Bunaken?”
“Baru pagi ini.” Ketika Frisca bicara, matanya tak lepas dari wajah Tracy. Ia sungguh–sungguh mengagumi Tracy, “Nona Tracy, melihat aslinya sungguh cantik!”
Comments
The readers' comments on the novel: Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar